Rabu, 12 November 2014

Manual Pengasuhan Paling Benar.






Dijaman yang sudah modern seperti saat ini banyak orangtua yang menfasilitasi anaknya dengan segala peralatan gadget supaya anaknya tidak tertinggal dengan kemajuan jaman, namun apa hasilnya . . .?

Seringkali sang anak salah pemanfaatannya misalnya dengan bermain game diwarnet berjam-jam sampai tidak pulang rumah dll. Orangtua pun mengeluh terutama sang ibu, kesal terhadap kelakuan anak, sedih karena anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan segala kebutuhan yang dicukupi kok jadi begitu. Mereka ingin anaknya itu baik dan penurut. Lalu bagaimana solusinya ..?

Sederhana saja, bahwa anak itu amanah dari Allah kepada orangtuanya. Bagaimana mengemban amanah dengan benar? Bukan anak yang harus berubah namun orangtua terlebih dahulu lah yang harus berubah, besarkan anak dengan baik misalnya beri les komputer, bahasa inggris, ngaji dll. Muliakan anak dengan kemuliaan Allah. Mengasuh anak dengan manual book., yaitu Al-Qur’an dan hadist. Kejar “hutang belajar” sebagai orangtua dengan mempelajari keduanya. Sebagai pemulihan dari kecanduan. Harta, pikiran  dan waktu niatkan untuk menjadikan anak-anak yang tunduk kepada Allah dan menjadi khalifah dimuka bumi ini sesuai perintah Allah.

Apakah anda memutuskan untuk mengasuh dengan manual book?
Kapan memulainya?
Selamat mengasuh dengan manual book yang benar. J


By: Markonah

Senin, 03 November 2014

Membangun Motivasi Kerja






         Pada suatu hari yang cerah, Rasulullah SAW berjalan bersama sahabat. Waktu itu, mereka menyaksikan seorang pemuda membelah kayu penuh semangat. Kemudian seorang sahabat berkata, "Seandainya semangat itu digunakan untuk berjihad dijalan Allah . . ."

         Rasulullah SAW yang mendengarkan perkataan sahabat, lantas bersabda, "Apabila keluarnya ia dalam rangka mencari nafkah untuk anaknya yang masih kecil, itu juga termasuk jihad fi sabilillah. Jika keluarnya dalam rangka mencari nafkah untuk orangtuanya yang tua, maka itu juga jihad fi sabilillah. Kalaupun keluarnya dia dalam rangka mencari nafkah untuk diri sendiri demi menjaga harga diri, maka itu juga termasuk jihad fi sabilillah. Tetapi, bila keluarnya dia disertai riya dan hura-hura, maka itu usaha dijalan setan." (HR. Thabrani).

          Hadis tersebut memberi pesan kepada kita, bahwa bekerja merupakan aktivitas mulia yang patut dilakukan oleh seluruh umat Muslim dimanapun berada. Sebab, didalam Islam, bekerja berarti melakukan aktivitas bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan bekerja, seorang Muslim akan memperoleh dan menghasilkan nilai tambah materi sehingga kebutuhan mereka terpenuhi. Tak heran, bila Nabi Muhammad SAW memasukan pekerja atau pengusaha pada golongan orang yang melakukan jihad fi sabillah.

           Allah SWT berfirman, "Katakanlah: Wahai kaumku, bekerjalah sekuat kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat demikian. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan." (Qs. Al-An'Am:135).

            Hasil yang baik, dalam ayat diatas, artinya sekecil apa pun yang diperoleh dari pekerjaan kita, harus memiliki manfaat bagi lingkungan sekitar. Kerja keras yang dilakukan siapa pun akan mendapatkan berkah tak terkira bagi kehidupannya. Bagi seorang pekerja keras, Allah SWT akan mengganti setiap tetesan keringatnya tak hanya dengan materi di dunia tetapi juga dengan pahala di akhirat kelak. Islam tidak menganjurkan umatnya untuk menegadahkan tangan mengharap belas kasih orang lain.

             Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk bekerja dan beramal. Ditinjau dari sisi kesehatan,  bekerja membuat kita sehat. Otot-otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur.

             Otak dan saraf bekerja mengkoordinasikan organ dan anggota tubuh pada fungsi dan perannya masing-masing. Kelenjar keringat bekerja mengeluarkan zat-zat buangan. Jantung berpacu dalam ritme normal, sehingga menjalankan fungsinya dengan baik.

              Dari sisi agama, bekerja adalah ibadah. Karena, bekerja atau beramal adalah proses optimalisasi potensi yang dimiliki untuk memakmurkan bumi dan membuat kemaslahatan hidup.

            Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apalagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.

            Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang bekarya dan terampil ( professional / ahli ). Barang siapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza Wajalla. (HR. Ahmad)

             Luar biasa, dikatakan dalam hadits diatas bahwa mencari nafkah adalah seperti mujahid, artinya nilainya sangat besar. Allah suka kepada hambanya yang mau bersusah payah mencari nafkah. Saya kira, ini lebih dari cukup sebagai motivasi kerja kita sebagai muslim. Bahkan, kita pun berpeluang mendapatkan ampunan dari Allah.

            Mencari rezeki yang halal dalam Islam hukumnya wajib. Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian, motivasi kerja dalam islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu lainnya.

Jika Motivasi Kerja Sebagai Ibadah
             Jika motivasi kerja kita sebagai ibadah, tentu yang namanya ibadah ada aturannya. Memang berbeda dengan ibadah ritual atau ibadah mahdhah, sebab bekerja sebagai ibadah ghair mahdhah. Artinya dalam kaidah ushul Fiqh, kita memiliki kebebasan yang luas untuk bekerja selama tidak bertentangan dengan ajaran islam.

           Langkah pertama agar bekerja menjadi sebuah ibadah ialah harus diawali dengan niat, sebab amal akan tergantung niat. Niatkanlah bahwa bekerja sebagai salah satu ibadah kepada Allah SWT.

         Lalu langkah kedua ialah pastikan dalam bekerja tidak bertentangan dengan ajaran islam. Untuk itu kita perlu memperhatikan beberapa pertanyaan berikut: Apa yang dikerjakan? Untuk apa kita bekerja? Apakah kita bekerja untuk sesuatu yang dihalalkan oleh agama? Pastikan kita bekerja untuk sesuatu yang tidak bertentangan dengan ajaran agama islam. Apakah cara-cara Anda bekerja sesuai dengan ajaran Islam? Bagaimana dengan pakaian, batasan antara laki-laki dan perempuan dsb.

Etos Keja
         Jika tujuan bekerja itu begitu agung, yakni untuk mendapatkan Ridho Allah SWT, maka Etos kerja seorang muslim haruslah tinggi. Sebab motivasi kerja seorang Muslim bukan hanya harta dan jabatan, tetapi pahala dari Allah SWT. Tidak sepantasnya seorang Muslim memiliki etos kerja yang lemah.

         Jadi, tidak ada kata malas atau tidak serius bagi seorang muslim dalam bekerja. Motivasi kerja dalam Islam bukan semata mencari uang semata, tetapi serupa dengan seorang Mujahid, diampuni dosanya oleh Allah SWT, dan tentu saja ini adalah sebuah kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT.

Adil Dalam Bekerja
         Salah satu bentuk profesional itu adalah adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika waktunya bekerja, Anda bekerja. Jika waktunya istirahat atau shalat, Anda bisa shalat dan istirahat. Jika tidak, maka bisa termasuk melakukan hal yang dzalim, tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil juga berarti, Anda bekerja sesuatu tugas, wewenang dan tanggungjawab yang anda miliki.

          Jika anda mau berhasil dalam karir, anda harus memiliki motivasi yang besar dalam bekerja, memiliki optimisme, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Motivasi ibarat energi, dengan motivasi produktivitas anda akan tinggi sehingga memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan. Dan, perusahaan tentu akan senang dengan karyawan yang memberikan kontribusi tinggi bagi karyawannya. Ini sangat masuk logika, anda memberi andapun menerima.

         Anda harus yakin ini. Saat anda memberi namun tidak menerima, hanyalah sebuah kasus yang harus anda selesaikan, bukan berarti kehilangan motivasi sehingga berhenti berkontribusi. Anda harus tetap semangat, masalah yang ada selesaikan.

         Jangan peisimis, tetaplah optimis. Optimislah bahwa apa yang anda lakukan akan memberikan manfaat bagi karir anda. Anda memberikan kontribusi pada perusahaan, maka anda harus optimis bahwa karir anda akan lebih baik. Yakinlah, optimislah bahwa anda mendapatkan karir yang lebih baik. Tugas anda untuk saat ini adalah memberikan kontribusi terbaik dimanapun anda bekerja dengan motivasi yang tinggi.


#Majalah yatim, november 2014